renungan malam tahun baru. tahun baru di mata masyarakat umum
Makna Perayaan Malam Tahun Baru di Mata
Masyarakat
Oleh: Choirul Huda | 31 December 2011 |
04:52 WIB
Tidak kurang dari 19 jam lagi, maka kita akan
merayakan pergantian tahun, dari tahun 2011
ke tahun 2012. Tahun baru masehi, yang
biasanya dijadikan rujukan hampir seluruh
masyarakat dunia, kecuali beberapa negara
tertentu yang tetap memakai penanggalan
menurut mereka masing-masing.
Di Indonesia ini, khususnya kota-kota besar,
malam tahun baru banyak dirayakan dengan
pesta kembang api dan juga atraksi yang meriah
selama semalam suntuk. Hampir seluruh mal
dan pusat perbelanjaan mengartikan malam
tahun baru sebagai malam gila-gilaan untuk
meraup omzet. Yakni dengan menggelar diskon
besar-besaran hingga 70%, dari sore hari hingga
pukul 00:00 wib. Tidak ketinggalan beberapa
tempat rekreasi, hotel maupun restoran pun
berlomba-lomba menyemarakkan malam tahun
baru dengan membuat acara yang dapat
menghipnotis pengunjung agar mendatangi
tempat mereka.
* * *
Lalu, sebenarnya apa makna dari malam tahun
baru itu?
Menurut apa yang saya baca dari Wikipedia,
mengenai malam tahun baru adalah, kebiasaan
dalam kebudayaan barat untuk merayakannya
dengan pesta- pesta atau acara berkumpul
bersama kerabat, teman, atau keluarga menanti
saat pergantian tahun.
Kemudian menurut masyarakat kita sendiri,
bagaimana mereka menyikapi suasana malam
tahun baru?
Ada beragam jawaban saat saya iseng-iseng
menanyakan kepada keluarga, kawan kerja,
kawan kampus, kawan sepergaulan, tetangga di
rumah serta beberapa kawan Kompasianer yang
saya kenal dekat.
- Ibu saya: Malam tahun baru, sama malam
biasa ga beda jauh. Cuma malam tahun baru itu
banyak petasan aja, lebih rame. Paling-paling
kalau ada rezeki lebih, bikin kue untuk
tasyakuran keluarga.
- Nenek dan Bibi saya: Malam tahu baru, seperti
biasa kami pergi ke gereja untuk merenungi apa
yang telah terjadi selama mengarungi tahun
sebelumnya, agar tahun depan dapat lebih baik
dari tahun ini. Lagipula, kebetulan pagi harinya
biasa beribadah minggu.
- Wildan, kawan rumah (bukan nama
sebenarnya): Malam tahun baru, ya paling bakar
ayam bareng anak-anak .
- Anggie, kawan kerja (bukan nama sebenarnya):
Malam tahun baru? Bokek, gajiannya hari selasa
mending nonton OPJ!
- Ardi, kawan kampus (bukan nama sebenarnya):
Malam tahun baru, gw ke puncak bareng anak-
anak tongkrongan. Lumayan bisa cuci mata,
cuma perginya mesti dari sore, kalo gak bakalan
kena one way. Malas dah gw…
- Ketua RT: dirumah: Malam tahu baru, saya
mah sudah tua, biasanya tidur cepet. Kan besok
paginya kita mau kerja bakti.
- Bang Hazmi Srondol, Kompasianer: Malam
tahun baru, saya dirumah rul. Ngumpul bareng
keluarga sama anak dan istri…
- Kawan Kompasianer D (bukan nama
sebenarnya): Alhamdullilah, malam tahun baru
ini dapat job yang lumayan.
- Kawan Kompasianer A (bukan nama
sebenarnya): Malam tahun baru, aku biasanya
ngumpul bareng keluarga dan kawan dekat
diatas rumah. Terus kita bikin panggangan
barbeque, lumayan kan irit. Aku cuma nyediain
tempat, terus makanan ama peralatannya
temen-temen yang ngusahain, ha ha.
- Romdani, Pengayuh Odong-odong: Saya balik
Mas, ke Cirebon. Ada acara keluarga, pan anak
sekolah juga libur, jadinya sepi.
- Pak Sukanda, Pedagang Kue Putu Mayang:
Sama aja Mas, buat kita-kita mah. Mau malam
tahun baru apa nggak, yang pasti besok paginya
mesti jualan seperti biasa.
* * *
Itulah ucapan yang terlontar dari beberapa
orang yang sempat saya wawancarai mulai dari
tanggal 24 Desember lalu, hingga malam tadi
saat kopdaran dengan Abanggeutanyo di rumah
Bang Hazmi Srondol.
Reaksi dan tanggapan dari mereka sangat
berbeda-beda, ada yang menyikapi dengan
biasa saja, ada yang merenungi jejak setahun
silam, ada yang mencari hiburan dengan nonton
tv, atau ada juga yang pergi ke suatu tempat
untuk merayakan malam tahun baru atau malah
sama sekali tidak ikutan merayakannya, dengan
alasan malam tahun baru sama seperti malam-
malam sebelumnya.
Menurut saya pribadi, dan bukan dalam konteks
agama, meski malam tahun baru sama seperti
malam biasanya, namun setidaknya ada sedikit
perbedaan, yakni suasana dan keinginan agar
hari esok lebih baik dari hari sebelumnya. Tapi
itu semua, tergantung dari persepsi di
masyarakat luas, ada yang setuju maupun tidak
dengan makna malam tahun baru tersebut.
Sisi positif dari perayaan malam tahun baru:
- Mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena telah diberikan penghidupan
pada tahun sebelumnya.
- Merenungi pencapaian yang didapat selama
setahun terakhir, agar tahun berikutnya dapat
lebih baik lagi.
- Menjalin hubungan kebersamaan, sebab selain
Idul Fitri, Natal atau hari besar lainnya. Biasanya
malam tahun baru adalah waktu yang pas untuk
berkumpul bersama dengan keluarga.
- Efek untuk masyarakat minor, yakni
bertambahnya penghasilan mereka di malam
tahun baru. Seperti penjual terompet, penjual
minuman di jalan, anak-anak panti asuhan
(biasanya ada perusahaan yang merayakannya di
Panti Asuahan).
- Bertambahnya pemasukan untuk kalangan
pengusaha, yaitu tempat rekreasi, hotel, pusat
perbelanjaan, juga untuk karyawan itu sendiri,
yang biasanya mendapatkan bonus akhir tahun
di malam tahun baru.
Sisi negatif dari perayaan malam tahun baru:
- Sering terjadinya penyimpangan di kalangan
remaja, contoh dalam tulisan Dokter Posma.
- Menghambur-hamburkan biaya, atas
terselenggaranya pesta.
- Uang dibakar percuma, yakni dibelikan petasan
- Kemacetan dimana-mana , mulai dari pusat
kota hingga kawasan terpencil di pegunungan,
misalnya Puncak.
- Dinas Kebersihan dan petugasnya kewalahan
akibat banyak sampah disetiap sudut kota.
- Rawan terjadi kecelakaan, apalagi bila ada
pawai keliling.
Berikut ini adalah beberapa gambar mengenai
perayaan malam tahun baru 2010 lalu, yang
saya ambil di kawasan Gajah Mada, Jakarta
Pusat.
* * *
* * *
* * *
* * *
Untuk itu, mari kita pergunakan malam tahun
baru ini dengan kegiatan yang bermanfaat dan
tidak mengganggu ketertiban umum…
* * *
Djembatan Lima, 31 Desember 2011 (05:45 wib)
- Choirul Huda (C
Receive all updates via Facebook. Just Click the Like Button Below▼
▼